Pelatihan dan Lokakarya Red List Nasional Primata: Kolaborasi untuk Perlindungan Spesies Macaca
Prof. Mirza Dikari Kusrini, Co-chair IUCN IdSSG, mengawali acara dengan menekankan pentingnya penilaian status konservasi primata di Indonesia, dan berharap pertemuan ini sebagai langkah awal dalam penilaian spesies-spesies lainnya. Nunu Anugrah, Direktur KKHSG, membuka acara dan memberikan Perayaan dengan menyoroti acara ini sebagai bagian dari komitmen yang terbentuk dalam Kongres Spesies Dunia, dengan tujuan meningkatkan kolaborasi antar pemangku kepentingan dan memastikan perlindungan spesies yang terancam punah. ”Selain mampu mengidentifikasi spesies, kita juga harus mampu memastikan spesies yang terancam mendapat perhatian dan langkah-langkah perlindungan yang sesuai.” kata Nunu dalam pertemuan di Bogor.
Pada tanggal 18-19 Oktober 2024, IUCN SSC Indonesia Species Specialist Group (IdSSG) mengadakan pelatihan dan lokakarya kajian Red List Nasional Primata Indonesia di Bogor. Acara ini juga berlangsung secara virtual melalui Zoom, diikuti oleh 91 peserta secara offline dan peserta online. Tujuan utama kegiatan ini adalah mengkaji status konservasi nasional, dan menyusun strategi dan rencana aksi konservasi untuk Genus Macaca di Indonesia.
Pada hari pertama, para peserta mendengarkan pemaparan dari enam narasumber mengenai penyebaran dan tren populasi spesies Macaca di Indonesia. Sunarto, salah satu pembicara yang juga Co-chair IdSSG, menjelaskan bahwa Indonesia memiliki 47 spesies primata endemik, namun hanya 37 yang dilindungi secara hukum. Ia menyoroti bahwa banyak data spesies primata di tingkat nasional, termasuk beberapa jenis Macaca , belum diperbarui sejak 2015. Prof. Ani Mardiastuti mengungkap data-data dari iNaturalist dan penelahaan literatur review untuk monyet ekor panjang ( Macaca fascicularis ) yang menunjukkan bahwa jenis ini telah banyak diteliti dan penyebaran data saat ini cukup lengkap. Tambahan informasi mengenai penyebaran dan permasalahan monyet ekor panjang di kawasan timur Indonesia juga diketengahkan oleh Dr. Islamul Hadi. Penyebaran monyet ekor panjang dan beruk ( M. nemestrina ) di wilayah Sumatera disampaikan oleh Dr. Entang Iskandar.
Pembicara lainnya, Arif Setiawan, menyoroti bahwa spesies M. pagensis dan M. siberu di Kepulauan Mentawai sedang menghadapi berbagai tekanan lingkungan dan aktivitas manusia yang berpotensi mengancam kelangsungan hidup mereka. Sementara itu, Dr. Saroyo memaparkan ancaman serupa yang juga dihadapi oleh spesies Macaca di Sulawesi.
Selama lokakarya, para peserta dilatih untuk menggunakan formulir SIS (Species Information Service) secara offline, dan diberi arahan mengenai istilah dan kriteria dalam penilaian Red List. Kemudian para peserta juga membahas masalah yang mengancam spesies Macaca di Indonesia untuk mendukung rencana aksi perlindungan di masa depan.
Dengan hasil lokakarya ini, diharapkan langkah-langkah konkret dapat segera diambil untuk melindungi spesies primata di Indonesia, baik melalui pemantauan populasi yang berkelanjutan, peningkatan kesadaran masyarakat, serta penegakan peraturan yang lebih tegas.